Mengenal Penyakit Letospirosis yang terjadi pada ternak

Leptospirosis pada sapi disebabkan oleh spirocheta kecil berbentuk filamen. Adapu Leptospira yang dianggap penting adalah Leptospira pomona, L. hardjo, L. grippotyphosa dan L. conicola. Organisme ini mudah dimusnahkan oleh panas, sinar matahari, pengeringan, asam, dan desinfektan. Leptospira dapat hidup selama beberapa hari atau minggu dalam lingkungan yang lembab pada suhu sedang seperti tambak, aliran air yang macet atau di tanah yang basah dan dapat meluas saat terjadi hujan dan terjadi banjir.

Air merupakan media penyebaran utama dari penyakit ini. Penularan dapat pula melalui luka, semen (baik perkawinan alamiah maupu melalui Inseminasi buatan atau IB). Selain dapat menular ke ternak penyakit ini juga dapat menular ke manusia atau bersifat Zoonosis. Pembawa utama Leptospira adalah rodentia. Anjing dan babi dapat berfungsi sebagai pembawa potensial.

Penyebaran Leptospira bergantung pada keadaan luar, yaitu penyebaranya melalui air dan lumpur. Hewan biasanya mengeluarkan Leptospira melalui air kemih. Bila air kemih ini tiba di daerah perairan dengan atau lumpur dengan sedikit alkali atau pH netral maka Leptospira akan dapat hidup hingga berminggu-minggu. Bila hewan atau manusia kontak langsung dengan air tersebut akan dapat terinfeksi. Leptospira masuk kedalam tubuh melalui konjunctiva mata, mulut, hidung dan luka kulit.

Gejala Penyakit

Pada fase akut, gejala yang nampak beragam dari yang ringan sampai berat. Pada infeksi berat akan ditandai dengan penurunan nafsu makan dan kondisi bedan serta penuruna produksi susu, diikuti demam , anemia, anoreksia, hemolitika, hemoglubinaria serta ikterus dan dapat terjadi abortus atau keguguran pada sapi bunting. Infeksi yang terjadi pada sapi muda akan lebih berat dari pada sapi dewasa/tua. Mortalitas dapat tinggi dan jika terjadi kesembuhan memerlukan waktu yang lama untuk kembali normal/sehat.

Pada fase kronis, infeksi pada induk bunting akan diikuti dengan abortus atau kelahiran dengan kondisi pedet dilahirkan lemah, nyang disertai dengan cairan keruh keluar dari alat kelamin. Pada infeksi induk sapi bunting oleh L. pomona keguguran biasanya terjasi pada usia kebuntingan 6 bulan. Sedangkan pada infeksi L. hardjo dapat terjadi pada semua usia kebuntingan khususnya pada bulan ke empat sampai akhir masa kebuntingan. Dalam beberapa kasus infeksi juga dapat menyebabkan kematian embrio dini. Abortus yang terjadi karena infeksi Leptospira biasanya diikuti dengan retensi sekundinarium, metritis dan infertilitas pada induk sapi.

Patogenesis

Setelah Infeksi terjadi pada sapi, Leptospira masuk dan berkembang di dalam darah. Masa inkubasi terjadi 4-10 haridengan fase bakterimia yang akan berakhir kira-kira 7 hari, diikuti dengan pengeluaran Leptospira melalui air susu dan terjadi kerusakan fungsi ginjal. Dengan terbentuknya antibodi dalam sirkulasi darah setelah 5-10 hari bakterimia berhenti, bakteri akan melokalisir dan menetap di sejumlah organ tubuh terutama tubulus renalis ginjal dan alat kelamin dewasa. Selanjutnya Leptospira akan menetap pada uterus pasca infeksi. Lokalisasi Leptospira pada uterus yang bunting dapat menulari fetus, diikuti dengan keluarnya kotoran yang diikuti Leptospira dari alat kelamin hingga 8 hari post partus. Leptospira dapat juga menetap di Tuba falopi pada 22 hari setelah melahirkan.

Pengendalian dan Pencegahan

Pengendalian penyakit ini dapat dilakukan dengan tindakan-tindakan higienik dan sanitasi, vaksinasi dan pengobatan antibiotika. Bakterin dapat memberikan kekebalan selama 2 bulan hingga 12 bulan. Oleh karena itu vaksinasi denganbakterin dianjurkan 2 kali dalam setahun. Pengobatan terhadap Leptospira akut meliputi penyuntikan antibiotika dalam dosis tinggi sperti 3 juta satuan pinicillin dan 5 gram Streptomycin 2 kali sehari atau 2,5-5 gram tetracyclin per 500 kg berat badan setiap hari selama 5 hari. Sedangkan cara pengendalian yang ideal adalah dengan penyingkiran hewan pembawa.   

Sumber : https://dkp.kulonprogokab.go.id/detil/29/leptospirosis-pada-sapi

Comments

Popular Posts